Menulis Cepen Anak

Cerpen anak-anak dapat menstimulasi perkembangan otak besar -bagian otak yang berkaitan dengan persepsi, tindakan, belajar, memori, dan berpikir. Cerpen pun dapat membina karakter positif anak. Dari hal sederhana inilah, pendidikan dapat berlangsung dengan landasan kokoh sedini mungkin. Oleh karena itu, cerpen anak-anak harus memiliki konsep ideal sebagai berikut.
  • Tidak Menimbulkan Sindrom Cinderella dan Sindrom Megaloman
Sindrom cinderella merupakan kondisi yang membuat perempuan merasa telah kehilangan potensi dan daya hidupnya sebagai individu mandiri dan mampu berpikir cerdas. Kemunculan sindrom ini dapat dipicu melalui cerita, seperti Cinderella, Putri Salju, dan Little Mermaid.
Sementara itu, sindrom megaloman adalah kondisi yang membuat lelaki merasa sebagai individu paling super dan selalu benar. Sindrom ini pun dapat dipicu oleh cerita anak. Jika kedua sindrom dibiarkan tumbuh, anak akan menjadi individu manja dan tak bisa menghargai sesama.
  • Mengajarkan Cinta Kasih
Dongeng yang mencerdaskan anak harus mengajarkan cinta kasih terhadap sesama. Dengan begitu, si kecil akan berlatih menumbuhkan jiwa sosialnya. Selain itu, singkirkan unsur kekerasan dalam cerita.
Sebab, anak belia adalah individu polos yang pandai meniru perilaku atau kata-kata siapa pun. Mereka menganggap aktivitas meniru adalah permainan baru yang mengasyikkan. 
  • Menyebarkan Virus N-Ach
Need for achievement (N-Ach) merupakan daya gerak yang luar biasa di dunia. Menurut David McClelland -sosiolog yang pertama kali memperkenalkannya- N-Ach laksana virus yang bisa ditularkan. Kandungan nilainya sangat lengkap: kemandirian, kedisiplinan, dan kegigihan berprestasi tinggi.
McClelland juga menyebutkan, cerita yang mengandung nilai N-Ach tinggi selalu diikuti pertumbuhan ekonomi tinggi. Bagaimana bisa demikian? Manusia adalah makhluk yang gemar bercerita maupun menyimak cerita. Karena itu, kisah yang mencerminkan N-Ach tinggi akan mempengaruhi pikiran dan keyakinan orang -termasuk anak-anak- untuk membangun masyarakatnya.
  • Merangsang Budaya Kreatif
Secara tak langsung, cerita perangsang budaya kreatif dapat menumbuhkembangkan bakat anak. Ia akan terbantu mengenali bakatnya, dan memahami bagaimana mengekspresikan bakat tersebut.
  • Menggunakan Bahasa Ramah dan Sederhana
Bahasa yang ramah dan sederhana akan mudah diterima setiap anak. Karenanya, mereka bisa memahami isi cerita dan pesan moralnya. Cerita anak yang ideal juga tidak boleh menyelipkan pesan yang mendiskreditkan golongan atau kaum tertentu.

Lantas, cerpen seperti apakah yang memenuhi kelima kriteria tersebut? Simaklah cerita berikut!

 
INGIN MENJADI PILOT
Oleh : A. Thoyib


BAGUS begitu senang mendapat hadiah berupa miniature pesawat terbang dari tantenya, Tante Nana. Sudah lama anak berusia tujuh tahun tersebut ingin memiliki mainan pesawat seperti itu. Miniatur pesawat berbahan besi.

“Ini pesawatku. Hanya aku yang boleh main pakai pesawat ini,” katanya.

Selama ini Bagus sudah memiliki mainan pesawat. Bahkan, dia punya beberapa buah. Hanya, mainan yang dia miliki adalah pesawat yang terbuat dari plastik.
Pesawat pemberian Tante Nina itu berwarna putih. Sedangkan kedua sayapnya dicat dengan warna biru muda. Berkali-kali Bagus mengagumi pesawat tersebut. Lama sekali dia melihat pesawat itu lekat-lekat.

Agak lama mengagumi, muncul ide di kepala Bagus. Ide itu yakni memberi nama pesawat tersebut.

“Badan pesawatnya seluruhnya putih. Ekornya juga biru muda semua,” ujarnya.

Bagus ingin memberi nama pesawat itu. Namun, dia belum memiliki nama yang tepat. Dia pun berusaha mencari nama dengan membaca tulisan di Koran. Tidak juga ketemu. Dia kemudian berusaha mencarinya dengan membaca majalah. Tetap saja dia tidak menemukan nama yang dianggapnya cocok untuk dijadikan sebagai nama pesawat terbang miliknya.

Bagus membaringkan tubihnya di sofa. Dia terus berpikir.

Akhirnya dia menemukan nama yang dirasa tepat. Nama itu adalah Bagus, sesuai namanya.

“Bagus. Nama yang benar-benar Bagus,” katanya.

Semula Bagus hendak menuliskan kata “Bagus” di badan pesawat menggunakan tulisan tangan memakai spidol. Namun, dia mengurungkannya. Sebab, tulisannya nanti kurang rapi karena ditulis dengan tangan.

Setelah bertanya kepada kakaknya, Kak Nia, Bagus punya cara terbaik untuk menuliskan kata “Bagus” di badan pesawatnya. Menurut Kak Nia, lebih baik ditulis dengan spidol yang tintanya permanen. Sedangkan hurufnya dicetak menggunakan penggaris yang ada lubangnya berbentuk huruf-huruf.

Tak hanya memberi saran, Kak Nia sekaligus juga meminjamkan spidol permanent dan penggaris yang ada hurufnya. “Nanti kalau Bagus kesulitan, Kak Nia bersedia membantu. Tapi, sebaiknya Bagus berusaha sendiri dulu,” kata Kak Nia.

Penuh semangat, Bagus menuliskan kata “Bagus” di badan pesawat. Sesuai saran Kak Nia, Bagus mampu menuliskan dengan rapi.

Tinta merah yang dipakai membuat tulisan kata “Bagus” di badan pesawat sangat mencolok. Tulisan itu sangat kelihatan.

“Benar-benar bagus,” kata Kak Nia memuji hasil pekerjaan Bagus.

Bagus bangga. Dia sekarang sudah memiliki pesawat terbang yang namanya sesuai dengan namanya sendiri. “Terima kasih, Kak Nia,” ujar Bagus.

Setelah memiliki pesawat itu, keinginan Bagus untuk menjadi pilot kian kuat. Dia ingin belajar dengan sungguh-sungguh sehingga bisa menjadi pilot yang menerbangkan pesawat.

“Nanti kalau Bagus jadi pilot, Bagus akan mengajak Kak Nia keliling dunia,” ujar Bagus. Kak Nia pun tersenyum. ***

Menulis Cerita Anak (Dongeng)

Ada banyak cara untuk membuat anak-anak mengerti nilai-nilai kehidupan, misalnya dengan mendongeng. Di dalam dongeng ada berbagai macam nilai yang disampaikan penulis yang dikemas secara apik sehingga dapat lebih mudah dipahami anak tanpa merasa digurui. Misalnya dongeng Si Kancil dan Siput berikut ini:

Pada suatu hari si kancil nampak ngantuk sekali. Matanya serasa berat sekali untuk dibuka. “Aaa....rrrrgh”, si kancil nampak sesekali menguap. Karena hari itu cukup cerah, si kancil merasa rugi jika menyia-nyiakannya. Ia mulai berjalan-jalan menelusuri hutan untuk mengusir rasa kantuknya. Sampai di atas sebuah bukit, si Kancil berteriak dengan sombongnya, “Wahai penduduk hutan, akulah hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar di hutan ini. Tidak ada yang bisa menandingi kecerdasan dan kepintaranku”.
Sambil membusungkan dadanya, si Kancil pun mulai berjalan menuruni bukit. Ketika sampai di sungai, ia bertemu dengan seekor siput. “Hai kancil !”, sapa si siput. “Kenapa kamu teriak-teriak? Apakah kamu sedang bergembira?”, tanya si siput. “Tidak, aku hanya ingin memberitahukan pada semua penghuni hutan kalau aku ini hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar”, jawab si kancil dengan sombongnya.
Siput“Sombong sekali kamu Kancil, akulah hewan yang paling cerdik di hutan ini”, kata si Siput. “Hahahaha......., mana mungkin” ledek Kancil. “Untuk membuktikannya, bagaimana kalau besok pagi kita lomba lari?”, tantang si Siput. “Baiklah, aku terima tantanganmu”, jawab si Kancil. Akhirnya mereka berdua setuju untuk mengadakan perlombaan lari besok pagi.
Setelah si Kancil pergi, si siput segera mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong agar teman-temannya berbaris dan bersembunyi di jalur perlombaan, dan menjawab kalau si kancil memanggil.
Akhirnya hari yang dinanti sudah tiba, kancil dan siput pun sudah siap untuk lomba lari. “Apakah kau sudah siap untuk berlomba lari denganku”, tanya si kancil. “Tentu saja sudah, dan aku pasti menang”, jawab si siput. Kemudian si siput mempersilahkan kancil untuk berlari dahulu dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana si siput.
Kancil berjalan dengan santai, dan merasa yakin kalau dia akan menang. Setelah beberapa langkah, si kancil mencoba untuk memanggil si siput. “Siput....sudah sampai mana kamu?”, teriak si kancil. “Aku ada di depanmu!”, teriak si siput. Kancil terheran-heran, dan segera mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si siput lagi, dan si siput menjawab dengan kata yang sama.”Aku ada didepanmu!”
Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul dan berkata kalau dia ada depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal.
Kancil berlari terus, sampai akhirnya dia melihat garis finish. Wajah kancil sangat gembira sekali, karena waktu dia memanggil siput, sudah tidak ada jawaban lagi. Kancil merasa bahwa dialah pemenang dari perlombaan lari itu.
Betapa terkejutnya si kancil, karena dia melihat si siput sudah duduk di batu dekat garis finish. “Hai kancil, kenapa kamu lama sekali? Aku sudah sampai dari tadi!”, teriak si siput. Dengan menundukkan kepala, si kancil menghampiri si siput dan mengakui kekalahannya. “Makanya jangan sombong, kamu memang cerdik dan pandai, tetapi kamu bukanlah yang terpandai dan cerdik”, kata si siput. “Iya, maafkan aku siput, aku tidak akan sombong lagi”, kata si kancil.

Kiat-kiat Menulis

Semua orang bisa menulis. Semua orang bisa jadi penulis. Hanya saja, barangkali ketika hendak menulis, di benak kita terbetik sebuah pertanyaan, "bagaimana menulis dengan baik?". Lalu, kita sibuk mencari kiat-kiat menulis (writing tips). Belajar dari pengalaman, ketika belajar memanjat tebing (wall climbing), seorang instruktur berujar: the best training to be a climber, just climb! Maka dengan rumusan yang sama, kiat terbaik menjadi penulis, ya menulis saja. Tulis semua hal yang ingin kita tulis, tulis apa saja yang kita ingin ia dibaca banyak orang, tulis saja apa yang kita ketahui. 

Namun, ada beberapa kiat yang dapat meningkatkan kualitas tulisan anda di antaranya adalah:


1. Teruslah berlatih menulis. Jangan pernah berhenti menulis. Sebab menulis itu seperti menyetir mobil. Semakin tinggi jam terbang Anda, maka keahlian Anda pun insya Allah semakin baik.

2. Rajin-rajinlah membaca buku-buku yang berkualitas. Jika tubuh kita diibaratkan “pabrik penulis”, maka inputnya antara lain adalah bacaan, dan outputnya (atau produk yang dihasilkan) adalah tulisan. Dengan demikian, kegiatan membaca bagi seorang penulis sangat penting. Tulisan kita akan banyak diwarnai oleh jenis     bacaan yang kita lahap. Bila Anda rajin membaca teenlit, maka Anda akan menjadi seorang penulis teenlit. Bila Anda rajin membaca opini di surat kabar, maka Anda akan menjadi seorang penulis opini. Demikian seterusnya.


PS: Ikatlah ilmu dengan menuliskannya, karena yang ditulis akan selalu mengabadi sedang yang terucap akan berlalu bersama angin.